Minggu, 20 Januari 2019

Cara Slumuth Family Mengolah sampah di Rumah

Cara Slumuth Family Mengolah sampah di Rumah

Saya ingat sekali, di Bulan Oktober tahun lalu mengikuti workshop bertema sanitasi di sebuah hotel di Bandar Lampung. Acara yang dilaksanakan selama dua hari tersebut membuat kami terbelalak akan kondisi sanitasi yang masih memprihatinkan di Kota Bandar Lampung ini.


Hari kedua, kami diberi tugas untuk mengulik kondisi sanitasi di sekitar Pasir Gintung. Mulai dari pasar Pasir Gintung, dan juga pemukiman yang padat penduduk kami sambangi bersama. Kebetulan saya bersama istri mencari info disana. Banyak sampah berserakan, membuang sampah di sungai dengan seenaknya. Ini baru disekitar sungai saja.
Diakui ataupun tidak permasalahan sampah ini masih menjadi pekerjaan rumah hingga sekarang. Sampah yang diproduksi oleh rumah tangga, kemudian dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sepertinya hanya menumpuk tanpa dilakukan pengolahan lebih lanjut. Sementara peraturan daerah belum mendukung. Sampah yang dihasilkan berupa sampah rumah tangga, plastik dan sampah kaca. Saya salut dengan pemerintah daerah di Provinsi Bali yang menelurkan perda tentang larangan penggunaan sedotan plastik di semua restoran. Dan harus menggantinya dengan sedotan berbahan bambu atau stainlesstel. Semoga ini bisa di contoh oleh kota Bandar Lampung. Kota dimana saya tinggal sekarang.

Berawal dari permasalahan tersebut, tepatnya mulai pertengahan tahun 2018 kami di Slumuth Family mencoba belajar hidup dengan mengurangi jumlah sampah di rumah.
Apa Saja yang Sudah Kami Lakukan?

Memilah Sampah.

Memilah sampah sebetulnya sudah kami lalukan sejak satu tahun lalu. Yang kami pilah baru sampah rumah tangga dan anorganik (plastik, sampah kertas, botol kaca). Sampah kertas biasanya kami berikan kepada tukang rongsok yang sering lewat di depan rumah. Untuk sampah plastik awalnya diangkut oleh tukang sampah yang lewat di depan rumah. Namun mulai pertengahan tahun 2018 sampah plastik sudah mulai kami kelola sendiri menjadi ecobrick. Sebetulnya ketika kami memilah sampah sekalipun tukang sampah yang lewat mencampurkannya dengan sampah-sampah dari warga lain. Yach sia-sia rasanya.
menurut para pakar pengelolaan sampah, Kunci sukses dari pengolahan sampah ini adalah berawal dari pemilahan sampah dari rumah, kantor, atau restoran. Karena kalau sudah dipisahkan maka memudahkan pengelolaan selanjutnya. Hanya saja masyarakat masih enggan untuk melakukannya. Padahal menjaga bumi agar tetap bersih adalah tanggung jawab kita bersama.

Membuat Ecobrick

Seperti yang telah disampaikan di atas bahwa sampah plastik dirumah kami dikelola menjadi ecobrick. Ecobrick adalah sampah plastik yang telah dipotong-potong dan dimasukkan kedalam botol yang kemudian dipadatkan hingga memenuhi standar ecobrick yang dipersyaratkan yaitu beratnya minimal 1/3 x volume botol. Kami menggunakan botol ukuran 600 ml, berarti minimal berat ecobrick adalah 200 gram. Dalam jangka panjang ecobrick yang kami buat ini rencananya akan dijadikan pagar di depan rumah. Semoga saja kami konsisten menyelesaikan hingga selesai.

Katakan No Plastik Pada Pedagang di Pasar tradisional

Selain dibuat ecobrick, cara kami meminimalisai penggunakan plastik adalah mengatakan tidak pada pedagang pasar. Istri saya juga konsen terhadap sampah plastik ini. Kemasan plastik kami substitusi dengan wadah khusus dari kain. Wadah ini dibuat sendiri dari jilbab istri saya yang sudah tidak dipakai. Dijahit sendiri. Menjadi menarik sekali ketika kami belanja di pasar Way Halim dengan menggunakan wadah ini. Semua pedagang rata-rata meresponnya dengan positif. Kalau semua pembeli pakai wadah kayak gini saya enggak perlu beli plastik katanya. Jadi lebih hemat. Bahkan saat saya mewawancarai setiap pedagang di Pasar Way Halim harus mengeluarkan sekitar 300 ribu untuk membeli plastik ini. Dan di pasar Way Halim terdapat 400 pedagang. Jika diakumulasikan biaya membeli plastik yang dapat dihemat sekitar 12 juta.  belum lagi dengan pasar lain di Kota Tapis Berseri ini. angka yang tidak sedikit bukan. Namun kami masih belum bisa  hingga nol persen plastik karena ketika belanja deterjen cair yag refill pasti menggunakan plastik.

 Sampah rumah tangga sebagai sumber kompos dengan keranjang takakura

Istri saya hobi memasak dan saat ini sedang mengembangkan jam terbangnya dengan menjadi ketua komunitas rumah belajar boga. memasak merupakan serangkaian kegiatan . bahan baku dari petani digunakan untuk menghasilkan kualitas masakan yang menyehatkan tubuh. saya jadi teringat daejunggeum yang mengatakan kesehatan kita bergantung apa yang telah kita makan. nah by product dari makanan kita adalah sampah rumah tangga yang jumlahnya tidak sedikit. awalnya sampah berupa kulit bawang, irisan sayur yang tidak dipakai dan nasi basi kami buang begitu saja. namun saat ini kami mencoba riset mengolah limbah rumah tangga ini dengan membuatnya menjadi kompos dengan metode keranjang takakura. keranjang takakura adalah sistem pengomposan yang ditemukan oleh mr takakura dari jepang. semoga riset yang baru dimulai ini berhasil. saya akan menularkannya ke komunitas jika memang komposnya berhasil.

Keranjang Takakura


Gerakan sampah tidak bisa dilakukan secara sendiri harus berkomunitas dan secara komunal.
Yang sedang kami mulai ini sepertinya tidak akan berhasil jika hanya satu rumah yang mencoba untuk bertanggungjawab dengan alam. harus ada yang menggerakkan, didukung dengan peraturan daerah yang mendukung akan mengurangi sampah. saya salut dengan pemerintah daerah bali yang sudah melarang restoran menggunakan pipet juga pemerintah kabutapan malang. semoga saja pemerintah Bandar Lampung mengikuti contoh daerah lain. saya sedih ketika kota Bandar Lampung ini baru saja di nobatkan sebagai kota terkotor nomor 2 di Indonesia. saya berharap apa yang kami lakukan konsisten. tidak ada sampah dalam rumah sebenarnya hal yang mustahil. tetapi mencoba untuk meminimalisasi sampah yang ada sepertinya masuk akal dan bijaksana.

Roadmap Rumah kami

sesuai dengan tagline keluarga kami. berbagi dan menginspirasi. dengan berbagi hati menjadi bahagia dengan meninspirasi hati hidup menjadi lebih bermakna. di keluarga ini kami mencoba membuatkan roadmap dalam hidup yang minim sampah. dalam 3 tahun kedepan timelineny akan berubah menjadi rumah bukan hanya bebas sampah tapi juga bebas dari racun. mungkin terdengar aneh. tapi kami akan melakukannya. semoga komitmen dan konsistensi hingga akhir. jadi bagaimana dengan sampah dirumah kamu?




Bagikan

Jangan lewatkan

Cara Slumuth Family Mengolah sampah di Rumah
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

7 komentar

Tulis komentar
avatar
21 Januari 2019 pukul 22.32

Misi keluarga om slumuth keren ya,,berbagi dan menginspirasi.. semoga keluarga kecil kami juga bisa mencontoh nya.

Reply
avatar
22 Januari 2019 pukul 01.55

Untuk sementara ini saya masih bertahan dengan ecobrick dan no plastik ketika belanja. Enaknya kalo suami-istri bisa kompak ya, sayangnya suami saya orangnya 'gak mau repot' 😄. Penasaran deh sama teknik keranjang takakura itu. Mudah-mudahan makin banyak orang yang tergerak hatinya untuk lebih peduli lingkungan. Minimal gak buang sampah sembarangan deh.

Reply
avatar
23 Januari 2019 pukul 07.58

Mantap nih langsung action di rumah.. semoga lebih banyak menginspirasi orang agar mengurangi sampah plasti ya Bang..

Reply
avatar
23 Januari 2019 pukul 16.52

Keren ya sudah memulainya mengelola sampah dari rumah. Kami masih memisahkan antara sampah an organik dan organik. Senang bisa baca artikel ini nambah ilmu baru

Reply
avatar
23 Januari 2019 pukul 22.19

Kepo ih sama keranjang takakuranya. Keren konsep dan kompaknya untuk hidup sehat yang menular, bukan hanya untuk keluarga sendiri tapi berbagi pengetahuan tentang sadar sehat dan lingkungan ke sekitar.

Reply
avatar
23 Januari 2019 pukul 23.56

Gerakan bagus kalau sendiri memang sangat melelahkan, butuh semangat menularkan dan sabar menanti respon. Nsmun, yg pertama mrmang konsistensi diri sendiri dilu

Reply
avatar
24 Januari 2019 pukul 07.03

Mari mulai dari rumah kita dan siap tularkan juga kepada orang lain. Semoga terus komitmen dan konsisten menuju rumah minim sampah setahap demi setahap. Semangat ya mas..keren.

Reply

Menikmati Pasar Organik di Milas Jogjakarta

Menikmati Pasar Organik di Milas Jogjakarta Kali ini saya akan cerita mengenai Pasar Organik di Milas Jogjakarta. Seperti biasa, ketika...