Minggu, 10 Maret 2019

Caraku Aman Bertransaki dengan Kartu Debet

Caraku Aman Bertransaki dengan Kartu Debet


Caraku Aman Bertransaksi Dengan Kartu Debet

  
Pagi itu istri saya sedang memasak dan saya keluar dari kamar mandi untuk ganti baju. Ada berita duka yang membuat kami berdua kaget. Sebuah kapal feri tenggelam ketika berlayar dari Makasar menuju Pulau Selayar. Yang membuat kami ternganga dan tidak habis pikir adalah ada uang bendahara suatu instansi daerah yang ikut hilang bersama tenggelamnya kapal tersebut. Senilai ratusan juta. Uang sebanyak itu dibawa cash?  Apakah di Selayar tidak ada bank? Apakah belum memahami pentingnya menjaga transaksi tetap aman melalui cara non tunai.

"Apakah tidak ada cara lain sehingga nekat membawa uang sebanyak itu? Bukankah sistem penggajian di negara ini sudah melalui payroll bank seperti punya kantor Ayah ya?"  Tanya istri saya saat itu. Memang untuk menjaga keamanan bendahara dan lancarnya penggajian, di tempat saya bekerja, sejumlah 40 pegawai negeri dibayarkan  melalui Bank BRI. Lebih mudah, lebih cepat dan juga aman. Di tempat saya memang sudah mengggunakan penggajian non tunai sesuai dengan sosialisasi gerakan non tunai dari Bank Indonesia.

Kebetulan juga awal November ini terjadi kebijakan besar-besaran di lingkungan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI ) yang mulai awal  tahun 2019 semua yang berhubungan dengan gaji akan dilakukan di pusat.Imbas dari kebijakan ini adalah satuan kerja yang tidak menggunakan Bank BRI harus berganti ke Bank BRI. Gayung bersambut karena payroll gaji di tempat saya bekerja sudah menggunakan Bank BRI maka tidak perlu lagi ganti nomor rekening. Hanya saja, kemarin pihak Bank BRI berbaik hati membantu kami melayani penggantian ATM berchip yang berlogo Gerbang Pembayaran Nusantara (GPN)

Penggunaan Gerbang Pembayaran Nasional

Ada berita yang beredar bahwa jika ATM  kita tidak segera diganti dengan yang berlogo GPN maka rekening akan diblokir. Teman saya yang  bekerja di BRI mengklarifikasi sebetulnya tidak diblokir. Hanya secara bertahap memang kartu berlogo GPN ini harus diselesaikan. Tujuannya untuk perlindungan konsumen#amanbertransaksi.

Sebenarnya apa yang dimaksud dengan GPN? GPN adalah sistem yang mengintegrasikan transaksi antar Bank. GPN ini memudahkan kita sebagai masyarakat jika ingin melakukan transaksi pembayaran non tunai menggunakan kartu debet di toko atau merchant. GPN ini berlogo Garuda yang dapat digunakan di seluruh mesin Electronic Data Capture (EDC). Bank Indonesia mentargetkan pada akhir tahun ini ATM dengan logo GPN sekitar 13,3 juta.

Manfaat penggunaan kartu debet berlogo garuda yang telah dirilis sejak Bulan Mei 2018, adalah menghemat biaya atau fee hingga 17 millar per hari. Sebelum ada program GPN, biaya transaksi sekitar 25 Milyar per hari. Karena proses routing atau pemrosesan transaki dilakukan sepenuhnya di dalam negeri. Lebih hemat bukan? Secara langsung konsumen jadi hemat dan tidak terkena biaya tambahan saat gesek menggunakan mesin EDC.

Saya masih ingat ketika tahun lalu belanja baju untuk lebaran dan mengunakan kartu debet. Ketika akan gesek menggunakan mesin EDC yang berbeda dengan bank kita maka akan dikenakan biaya tambahan. Jadi kesal kan? Apa iya kita harus punya banyak ATM?  Kan sayang,  diisi aja belum tentu. Jadi manfaat lain dari ATM berlogo GPN ini adalah sudah terkoneksi. Artinya jika kita punya kartu debet BRI dan di toko tersebut hanya tersedia mesin EDC Bank BCA, maka kita bisa menggeseknya tanpa tambahan biaya dikarenakan penetapan Merchat Discount Rate (MDR).

Manfaat lain dari kartu debet berlogo GPN ini adalah masyarakat dapat bertransaksi dengan aman dan nyaman karena kartu ATM ini dilengkapi dengan fitur keamanam yang terstandardisasi serta seluruh proses dilakukan di dalam negeri melalui jaringan domestik. Artinya data kita seharusnya aman. Kartu ini ditandai dengan adanya chip dibagian tengah kartu.

Bulan September 2018 lalu saat saya menjual tanah dan melakukan akta jual beli di notaris. Saat itu pembeli  membayar 105 juta secara tunai. Sungguh tidak aman dan merepotkan. Ternyata di era digital ini masih ada orang yang melakukan pembayaran uang sebesar itu dengan tunai. Sedangkan begitu mudahnya seandainya pembeli memakai  kartu debet GPN. Jadi tidak perlu membawa uang tunai yang jumlahnya besar karena seluruh kanal pembayaran sudah saling terkoneksi (interkoneksi) dan saling dapat diwujudkan (interoperabilitas)

Tips Aman Menjaga Kartu Debet


Lakukan ganti PIN ATM  secara berkala. Hindari PIN yang mudah ditebak seperti tanggal lahir. Gunakan PIN yang unik, sehingga tidak mudah ditebak orang lain.

Jangan beritahu PIN anda kepada siapapun. PIN kan sifatnya rahasia, selain itu selalu cek saldo rekening kita. Untuk memastikan pemakaian yang tidak dilakukan dan simpan kartu debet dengan aman.

Ketika berbelanja di merchant hindari double swipe atau istilahnya penggesekan ganda di mesin EDC. Hal ini merupakan wujud perlindungan konsumen#amanbertransaksi secara non tunai. Yang tertuang dalam Peraturan Kepala Bank Indonesia No. 18/40/PBI/2016. Tujuannya adalah untuk melindungi konsumen dari adanya pencurian data dari pihak lain. Jika ada beberapa petugas kasir tidak tahu, kita wajib memberi tahu kepadanya jika akan swipe dua kali.

Tips Aman Menggunakan Mesin EDC

Tutupi mesin EDC saat akan mengetikkan PIN

Cek dahulu nilai nominal yang ada di mesin EDC agar sesuai dengan jumlah yang harus dibayarkan agar sesuai.

Ikuti petugas kasir sampai di mesin EDC berada. Jangan biarkan kartu dibawa tanpa pengawasan dari kita.

Saat transaksi belum berhasil atau gagal tidak perlu panik.Hubungi bank yang menerbitkan.

Mintalah segera kartu kita saat transaksi telah berhasil.


Marilah menjadi konsumen yang memiliki kewaspadaan dan kehati-hatian terhadap setiap transaksi non tunai yang dilakukan. Agar semua berjalan lancar dan tidak ada yang dirugikan. 


Sumber 

https://site.medcom.id/bigtc/competition










Baca selengkapnya

Menikmati Pasar Organik di Milas Jogjakarta

Menikmati Pasar Organik di Milas Jogjakarta Kali ini saya akan cerita mengenai Pasar Organik di Milas Jogjakarta. Seperti biasa, ketika...